Index    

Keutamaan Ahlulbait as Dalam Al-Qur’an[1]

1. “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”. (Q.S. Al-Fatihah: 6)

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ

Jabir bin Abdillah meriwayatkan dari Rasulullah SAWW bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan Ali, istri, dan kedua putranya sebagai hujjah-Nya atas makhluk-Nya, dan mereka adalah lautan ilmu di antara umatku. Barangsiapa mendapatkan petunjuk melalui mereka, ia telah mendapatkan hidayah ke jalan yang lurus”.

Ia juga meriwayatkan bahwa beliau bersabda, “Carilah jalan (petunjuk) melalui matahari! Ketika matahari terbenam, carilah melalui bulan! Ketika bulan terbenam, carilah melalui planet Venus! Ketika planet Venus terbenam, carilah melalui dua bintang (....)!”

Para sahabat bertanya, “Apa maksud dari matahari, bulan, planet Venus, dan dua bintang (....) ??Farqadain?? itu?”

Beliau bersabda, “Matahari itu adalah aku, bulan adalah Ali, planet Venus adalah Fathimah, dan dua bintang (....) itu adalah Hasan dan Husein”.

2. “Maka, Adam menerima kalimah-kalimah dari Tuhannya, lalu, Ia mengampuninya. Sesungguhnya Ia Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (Q.S. Al-Baqarah: 37)

فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ کَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Ibnu Najjar meriwayatkan dari Ibnu Abbas, berkenaan dengan kalimah-kalimah yang diterima oleh Adam dari Allah sehingga Ia menerima taubatnya itu Rasulullah SAWW bersabda, “Ia meminta kepada Allah untuk menerima taubatnya demi Muhammad, Ali, Fathimah, Hasan, dan Husein, dan Ia pun menerima taubatnya”.

3. “Maka, barangsiapa menghujatmu berkenaan dengan (risalah) ini setelah engkau mendapatkan ilmu, katakanlah, “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, wanita-wanita kami dan wanita-wanita kalian, serta diri kami dan diri kalian. Kemudian, kita bermubâhalah (bersama),  lalu, kita timpakan laknat Allah atas orang-orang yang berbohong”. (Q.S. Âli ‘Imrân: 61)

فَمَنْ حَاجَّك فِيْهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَ أَبْنَاءَکُمْ وَ نِسَاءَنَا وَ نِسَاءَکُمْ وَ أَنْفُسَنَا وَ أَنْفُسَکُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللهِ عَلَی الْکَاذِبِيْنَ

Muhibbuddin ath-Thabari berkata, “Ketika ayat yang mulia itu turun, Rasulullah SAWW bersabda, “Empat orang ini (Ali, Fathimah, Hasan, dan Husein) adalah Ahlulbaitku”.

Begitu juga diriwayatkan dari Abu Sa’id, “Ketika ayat ini turun, Rasulullah SAWW memanggil Ali, Fathimah, Hasan dan Husein seraya bersabda, “Ya Allah, mereka ini adalah Ahlulbaitku”.

Muslim dan Tirmidzi juga meriwayatkan hadis tersebut.

4. “Apakah engkau tidak melihat bagaimana Allah mengumpamakan kalimah yang baik dengan sebatang pohon baik (dan subur) yang pokoknya menghujam (ke tanah) dan rantingnya (menjulang) ke langit?” (Q.S. Ibrahim: 24)

أَلَمْ تَرَ کَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً کَلِمَةً طَيِّبَةً کَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَ فَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

Rasulullah SAWW bersabda, “Pohon itu adalah aku, Fathimah adalah cabangnya, Ali adalah yang menyebabkannya membuahkan hasil, Hasan dan Husein adalah buahnya, dan umatku yang mencintai mereka adalah dedaunannya”. Kemudian, beliau melanjutkan, “Sumpah demi Dzat yang telah mengangkatku dengan kebenaran, mereka itu berada di dalam surga yang kekal”.

Beliau juga bersabda, “Aku adalah pohon itu, Ali adalah cabangnya, Fathimah adalah yang menyebabkannya membuahkan hasil, Hasan dan Husein adalah buahnya, dan para pengikut kami adalah dedaunannya. Ketika sebuah pohon tumbuh, dedaunannya akan runtuh”. Lalu, beliau melanjutkan, “Sumpah demi Dzat Yang telah mengutusku dengan kebenaran, mereka ini berada di dalam surga yang kekal”.

5. “Mereka yang diseru oleh mereka itu masih mencari perantara (untuk) menuju Tuhan mereka; perantara yang terdekat, mengharapkan rahmat-Nya, dan takut akan siksa-Nya. Sesungguhnya siksa Tuhan-Mu sangatlah pedih”. (Q.S. Al-Isrâ`: 57)

أًولئِك الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ يَبْتَغُوْنَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسيْلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَهُ وَ يَخَافُوْنَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ کَانَ مَحْذُوْرًا

Ikrimah berkata, “Mereka (perantara) itu adalah Nabi, Ali, Fathimah, Hasan dan Husein”.

6. “Sesungguhnya Aku telah membalas mereka pada hari ini karena kesabaran mereka. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang menang”. (Q.S. Al-Mukminun: 111)

إِنِّيْ جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوْا أَنَّهُمْ هُمُ الْفَائِزُوْنَ

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Artinya adalah Aku memberikan pahala surga kepada mereka pada hari ini disebabkan oleh kesabaran Ali bin Abi Thalib, Fathimah, Hasan, dan Husein di dunia dalam menjalankan perintah-perintah Ilahi, kelaparan, dan kemiskinan, serta dosa-dosa (umat manusia) dan cobaan Allah di dunia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berbahagia dan terbebaskan dari hisab”.

7. “Perumpamaan cahaya Ilahi adalah seperti tempat pelita yang di dalamnya terdapat pelita; pelita itu (tersimpan) dalam kaca”. (Q.S. An-Nűr: 35)

وَ مَثَلُ نُوْرِهِ کَمِشْکاةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌ، اَلْمِصْبَاحُ فيْ زُجَاجَةٍ

 Musa bin Qasim meriwayatkan dari Ali bin Ja’far bahwa ia berkata, “Saya pernah bertanya kepada Musa bin Ja’far tentang ayat ini”. Beliau menjawab, “Misykât adalah Fathimah, mishbâh adalah Hasan, dan zujâjah adalah Husein”.

8. “Dialah yang telah menciptakan manusia dari air, lalu menjadikannya berhubungan nasab dan sebab (????)”. (Q.S. AL-Furqân: 54)

وَ هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَ صِهْرًا

As-Sudi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Rasulullah dan Ali. Ketika Rasulullah menikahkan Fathimah dengan Ali, dan Ali adalah misanan dan suami putri beliau, dengan demikian, di samping memiliki hubungan nasab dengan beliau, ia juga menantu beliau”.

9. “Dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Al-Furqân: 74)

وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا

Rasulullah SAWW bersabda, “Aku pernah bertanya kepada Jibril, ‘Apa yang dimaksud dengan azwâjunâ dan siapakah istri-istri kami itu?’ ‘Khadijah’, jawabnya. ‘Siapakah anak-cucu kami?’, tanyaku lagi. ‘Fathimah’, jawabnya. ‘Apakah maksud dari cahaya mata kami?’ tanyaku. ‘Hasan dan Husein’, jawabnya. ‘Apa yang dimaksud dengan (ayat) jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa?’, tanyaku. ‘Ali bin Abi Thalib’, jawabnya”.

10. “Sesungguhnya Allah hanya ingin menghilangkan segala jenis kotoran dari kalian, Ahlulbait”. (Q.S. Al-Ahzâb: 33)

إِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْکُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ

Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan lima orang. Mereka adalah Rasulullah, Ali, Fathimah, Hasan, dan Husein”.

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam kitab al-Manâqib dan Sabrani.

11. “Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Aku tidak meminta upah dari kalian atas dakwah ini kecuali kecintaan kepada Ahlulbait(ku)”. (Q.S. Asy-Syűrâ: 23)

قُلْ لاَ أَسْأَلُکُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلاَّ الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَی

Az-Zamakhsyari berkata, “Ketika ayat ini turun, Rasulullah SAWW ditanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah keluarga (Ahlubait) Anda yang telah diwajibkan kepada kami untuk mencintai mereka itu?’ Beliau bersabda, Ali, Fathimah, dan kedua putranya’.”

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa meninggal dunia dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, maka ia telah meninggal dunia dalam keadaan syahid; ketahuilah, barangsiapa meninggal dunia dengan mencintai keluarga Muhammad, ia meninggal dunia dalam keadaan telah diampuni; ketahuilah barangsiapa meninggal dunia dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, ia telah meninggal dunia dalam keadaan bertaubat; ketahuilah, barangsiapa meninggal dunia dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, ia telah meninggal dunia dengan iman yang sempurna; ketahuilah barangsiapa meninggal dunia dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, malaikat maut akan memberikan kabar gembira kepadanya dengan surga, dan kemudian malaikat Munkar dan Nakir akan memberikan kabar gembira yang sama; ketahuilah barangsiapa meninggal dunia dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, ia melangkah menuju surga seperti pengantin wanita diarak menuju rumah pengantin pria; ketahuilah, barangsiapa meninggal dunia dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, Allah akan meletakkan dua pintu di kuburannya menuju ke surga; ketahuilah, barangsiapa meninggal dunia dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, Allah akan menjadikan kuburannya sebagai tempat berziarahnya para malaikat rahmat; ketahuilah, barangsiapa meninggal dunia dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, ia meninggal dunia sesuai dengan sunnah dan jamaah; ketahuilah, barangsiapa meninggal dunia dengan menyimpan kebencian kepada keluarga Muhammad, pada hari Kiamat ia akan memasuki alam Mahsyar dengan keningnya yang bertuliskan “ia telah berputus-asa dari rahmat Allah”; ketahuilah, barangsiapa meninggal dunia dengan membawa kebencian dan permusuhan kepada keluarga Muhammad, ia meninggal dunia sebagai orang kafir; ketahuilah, barangsiapa meninggal dunia dengan membawa kebencian kepada keluarga Muhammad, ia tidak akan mencium semerbak bau surga”.

12. “Mereka sedikit tidur di malam hari”. (Q.S. Adz-Dzâriyât: 17)

کَانُوْا قَلِيْلاً مِنَ الَّليْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ

Abdullah bin Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib, Hasan, Husein, dan Fathimah”.

13. “Dan orang-orang yang beriman dan anak-cucu mereka mengikuti (jejak) mereka dengan (memilih) iman, Kami akan menggabungkan anak-cucu mereka itu dengan mereka dan Kami tidak akan mengurangi amalan mereka sedikit pun. Setiap orang tergantung kepada amalannya”. (Q.S. Ath-Thűr: 21)

وَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ اتَّبَعَتْهُمْ ذَرِّيَّتَهُمْ بِإِيْمَانِ أَلْحَقَنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَ مَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْئٍ کُلُّ امْرِئٍ بِمَا کَسَبَ رَهِيْنٌ

Ibu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Rasulullah, Ali, Fathimah, Hasan, dan Husein”.

14. “Ada dua lautan berbeda yang saling bertemu, sedangkan di antara keduanya terdapat penghalang sehingga keduanya tidak saling bercampur. Maka, nikmat Allah yang manakah yang kalian berdua bohongkan? Dari keduanya keluar permata (....) dan (....)”. (Q.S. Ar-Rahmân: 19-22)

مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ * بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لاَ يَبْغِيَانِ * فَبِأَيِّ آلاَءِ رَبِّکُمَا تُکَذِّبَانِ * يَخْرُجُ مِنْهُمَا الُّلؤْلُؤُ وَ الْمَرْجَانُ

Ibnu Mardawaeh meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Maksud dari dua lautan yang saling bertemu adalah Ali dan Fathimah, penghalang antara keduanya sehingga mereka selalu sejajar adalah Rasulullah, dan permata (....) dan (....) yang keluar dari kedua lautan itu adalah Hasan dan Husein”.

15. “Dan mereka lebih mementingkan (orang lain) atas diri mereka meskipun mereka sendiri sangat membutuhkan”. (Q.S. Al-Hasyr: 9)

وَ يُؤْثِرُوْنَ عَلَی أًنْفُسِهِمْ وَ لَوْ کَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

Seseorang datang menjumpai Rasulullah untuk mengadukan kelaparannya. Beliau mengutus seseorang ke rumah para istri beliau (untuk mencari makanan). Mereka menjawab, “Kami tidak memiliki apa-apa kecuali air”.

Rasulullah akhirnya bertanya, “Siapakah di antara kalian yang siap menjamunya?” “Saya, wahai Rasulullah”, jawab Ali tegas.

Ali pergi menjumpai Fathimah dan menceritakan peristiwa yang telah terjadi. Fathimah as berkata, “Kita tidak memiliki sesuatu kecuali makanan untuk anak-anak. Akan tetapi, kami lebih mementingkan tamu daripada mereka dan memberikan makanan tersebut kepadanya”.

Ali berkata, “Kita tidurkan terlebih dulu anak-anak kita dan kita matikan lampu demi tamu kita itu”.

Beliau melakukan hal itu dan tamu itu beristirahat. Pada pagi harinya, ayat itu turun.

Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Ali, Fathimah, Hasan dan Husein as”.

16. “Mereka memberikan makan orang miskin, anak yatim, dan tawanan meskipun mereka menyayanginya”. (Q.S. Ad-Dhar: 8)

وَ يُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلَی حُبِّهِ مِسْکِيْنًا وَ يَتِيْمًا وَ أَسِيْرًا

Abul Fadhl Syihabuddin Mahmud al-Alusi berkata, “Tidak ada yang dapat dikatakan oleh seseorang mengenai Ali dan Fathimah kecuali Ali adalah pemimpin Mukminin dan pengganti Rasulullah, Fathimah adalah belahan jantung Ahmad dan bagian dari Muhammad. Adapun Hasan dan Husein, mereka adalah ruh, cahaya hati, dan penghulu pemuda penduduk surga. Dan keyakinan ini tidak ada hubungannya dengan mazhab Rafidhi, dan keyakinan yang tidak sama dengan keyakinan tersebut—menurut pendapatku—adalah sebuah kesesatan”.


[1] Makalah ini adalah ringkasan dari buku Fâthimah az-Zahrâ`, Syâdmâni-ye Del-e Peyambar, karya Ahmad Rahmani Hamadani.