Tulisan ini diterjemahkan dan disarikan dari kitab Syarah Doa Jawsyan Kabir (1000 Asma Allah)
اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ يَا اللهُ يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيْمُ
Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan asma-Mu, ya Allah, wahai Yang Maha Pengasih, wahai Yang Maha Penyayang
Kata Allahumma (اللهم) berasal dari kata Ya Allahu (يا الله). Ya (يا) dihilangkan dan diganti dengan mim tasydid (مّ). Rahasianya: Menurut hitungan Abjad (Abajadun), angka Ya jumlahnya (11), dan Huwa (هو) merujuk pada lafazh Allahu jumhnya juga (11). Secara makna batiniyah untuk menunjukkan maka seruan, semua asma’ Allah harus dimulai dengan kata (يا), sementara di sini kata ini dihilangkan, karena keduanya menunjukkan pada satu makna, yaitu:
قل هو الله احد
التوحيد الحق هو الله، والقائم به رسول الله، والحافظ له نحن والتابع فيه شيعتنا
Tauhid yang benar adalah Allah, yang menegakkan adalah Rasulullah, yang menjaganya adalah kami, dan yang mengikutnyat adalah syiah kami.
Jika Anda mengurai angka (11) dengan angka sebelumnya yaitu (10), maka akan menghasilkan angka (66), dan angka ini merupakan jumlah angka lafaz Allah (الله). Dengan suatu uraian sebagai berikut:
11=10+1
11 + 1 = 12 (jumlah para Imam)
5 (separuh 10) x 12 = 60
6 (separuh 12) + 60 = 66
Penjelasan yang lain: Kata Allah asalnya Hu . Uraian hurufnya Ha (ه) dan alif (ا), jumlahnya (11). Rahasia pergantian Ya (يا) dengan Mim (م) mengisyatkan pada kekhalifahan Allah swt. Mim adalah huruf pembuka nama Muhammad saw dan huruf penutup nama Adam (as). Sehingga pergantian Ya dengan Mim adalah ruh dari kata Huwa yang jumlahnya (11). Ini mengisyaratkan pada kepemimpinan insan kamil sebagai khalifah Allah swt di muka bumi.
Allah swt berfirman: “Aku menjadikan khalifah di muka bumi. “ (Al-Baqarah: 30).
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang melihatku, ia melihat Al-Haq. ” (Shahih Bukhari 8, kitab ta’bir, halaman 72).
Rahasia tasydid pada Mim
Nama Muhammad terdiri dari dua mim, yaitu: mim Mulkiyah, dan mim Malakutiyah. Kedua-duanya Allah titipkan pada nama kekasih-Nya. Ini menunjukkan bahwa dalam diri Rasulullah saw ada rahasia mulkiyah dan malakutiyah. Sedangkan Mim adalah huruf insan kamil sebagaimana dijelaskan di dalam sebagian kitab tafsir tentang huruf muqaththa’ah (Hâmîm): Hâ adalah haqqun, kebenaran; Mim adalah Muhammad, yakni Muhammad berada dalam kebenaran.
Dalam kalimat Bismika (باسمك), alif yang merupakan huruf zat tersembunyi dalam Ba’ (ب) yang merupakan huruf akal. Ini menunjukkan bahwa penyebab adalah wujud yang sempurna terhadap akibatnya, sebaliknya akibat adalah wujud yang tidak sempurna di depan penyebabnya. Semua esensi punya penyebab yang mewujudkan, sehingga tidak akan nampak esensi apapun di dalam akal tanpa sebab-sebab rasionalitasnya. Demikian juga tidak akan ada cahaya pada suatu esensi tanpa penyebab yang subtansial. Singkatnya, yang pertama adalah subtansi sebagai penyebab, dlan yang kedua adalah aksiden sebagai akibat. Karema itu Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Aku tidak melihat sesuatu kecuali aku melihat Allah sebelumnya. “
Pada dasarnya semua wujud selain Allah adalah wjud kegelapan dan Dialah yang memberi cahaya: “Allah adalah cahaya langit dan bumi. “ (Nur: 35).
Tersembunyinya Alif sebagai huruf cahaya pada huruf Ba’ yang merupakan huruf kegelapan, tidak berarti bahwa cahaya Allah tersembunyi akibat nampaknya makluk, tapi justru sebaiknya, seperti tersembunyinya semua cahaya bintang dalam cahaya matahari. Singkatnya Ba’ bercahaya akibat cahaya Alif, atau cahaya Ba’ merupakan perwujudan cahaya Alif.
Di dalam hadis Nabi saw dan para Imam Ahlul bait (sa) yang masyhur disebutkan:
من عرف نفسه فقد عرف ربه
“Barangsiapa yang mengena dirinya ia mengenal Tuhannya. “
Ini menunjukkan bahwa cahaya zat Allah tersembunyi dalam cahaya perbuatan-Nya.
Ketika sesuatu memiliki wujud dalam bentuk bentuk tulisan, lafazh, rasional, wujud riel, maka ini menunjukkan bahwa adanya tulisan menunjukkan pada adanya alat tulis. Wujud lafazh menunjukkan pada adanya suara. Wujud rasional menunjukkan pada adanya konsep rasional. Dan konsep rasional menunjukkan pada adanya wujud eksternal.
Wujud subtansial ada dua tingkatan: yang pertama adalah wujud mutlak yang sederhana yang merupakan makhluk Allah, yang dengannya ditegakkan segala sesuatu; yang kedua adalah Wujud Maha Mutlak yaitu Allah swt. Wujud mutlak itu sendiri mempunyai tingkatan-tingkatan alamiah. Tingkatan vertikal mengisyaratkan pada perjalanan hakiki yang menuju pada alam fana’ sesudah turun ke alam realitas dengan nuqthah, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa):
انا النقطة تحت الباء
Al-Kummal meriwayatkan suatu hadis: “Dengan Ba’ nampaklah Wujud, dan dengan titiknya terbedakan antara Al-`Abid (yang menyembah) dan Al-Ma’bud (Yang Disembah).”
Jadi, titik di bawah Ba’ adalah pembeda, dan Ba’ adalah penampakan. Keberadaan Ba’ di sisi Alif mengisyaratkan pada khilafah akal yang universal yang merupakan insal kamil, Muhammad saw dalam mata-rantai vertikal dari Allah swt.
Alif adalah huruf cahaya dan Ba’ adalah huruf gelap. Oleh karena itu semua Asma Allah merupakan huruf-huruf cahaya yang terdapat dalam huruf muqaththaah di awal surat Al-Qur’an, yang tersusun dalam kalimat berikut:
صراط علي حق نمسكه
Jalan Ali adalah benar kita pegang teguh.
Tersembunyinya Alif sebagai huruf cahaya di dalam Ba’ sebagai huruf gelap, menunjukkan bahwa alam kegelapan dalam batinnya ada cahaya. Allah swt berfirman:
الله ولي الذين امنوا يخرجهم من الظلمات الى النور
“Allah adalah Penolong orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan pada cahaya. “
ان لكل كتاب سر وسر القرآن في الحروف المقطعة
“Sesungguhnya setiap kitab punya rahasia, dan rahasia Al-Qur’an adalah ada di dalam huruf-huruf muqaththa’ah.”
(Syarah Jawsyan Kabir oleh Sabzawari)
Sumber: www.syamsuri149.wordpress.com