') //-->
Terdapat aneka redaksi al-Qur’an terkait dengan penciptaan manusia yang menunjukkan bahwa penciptaan manusia memiliki ragam tingkatan yang terdiri sebagai berikut:[1]
1. Penciptaan manusia dari tanah (turâb):
“Hai manusia, jika kamu ragu tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah.” (Qs. Al-Haj [22]:5)
2. Penciptaan manusia dari tanah yang bercampur dengan air dan kemudian berbentuk lempung (thin).
“Dia-lah Yang menciptakanmu dari tanah.” (Qs. Al-An’am [6]:2)
3. Penciptaan manusia dalam bentuk tanah liat kering yang bau dan berlumpur:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (Qs. Al-Hijr [15]:28)
4. Penciptaan manusia dari tanah liat yang merekat.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” (Qs. Shaffat [37]:11)
5. Penciptaan manusia dalam bentuk tanah kering:
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.” (Qs. Al-Rahman [55]:14)
Dengan penjelasan ini menjadi terang bahwa yang dimaksud dengan penciptaan manusia dari tanah hitam itu adalah penjelas tingkatan penciptaan manusia. Artinya pertama-tama, sekumpulan tanah (bahan dasar) dikumpulkan. Meski dalam al-Qur’an tidak satu pun ayat dalam al-Qur’an yang menyebutkan bahwa tanah pertama warnanya adalah hitam. Yang dinyatakan pada ayat-ayat al-Qur’an secara mutlak adalah penciptaan dari tanah. Demikian juga dalam al-Qur’an tidak dijelaskan bahwa jenis tanah tersebut berasal dari tanah apa.
Kemudian pada tingkatan selanjutnya, pada tanah tersebut ditambahkan sejumlah air kemudian menjadi tanah liat atau lempung dan adalah hal yang wajar apabila suatu waktu tanah tersebut diam di suatu tempat, meski ia berasal dari tanah putih, bau dan warnanya menjadi gelap lalu akan memberikan bau yang tidak sedap. Kemudian secara perlahan menjadi kering. Setelah itu, pada awalnya terapat kondisi merekat yang dimilikinya lalu menjadi kering dan mirip tembikar.
Dengan demikian, tidak satu pun ayat yang menunjukkan bahwa Nabi Adam As adalah orang yang berkulit hitam. Apabila dianggap bahwa penciptaan Nabi Adam dari tanah hitam lalu bagaimana dapat disimpulkan bahwa beliau adalah orang yang berkulit hitam. Lantaran untuk berubahnya satu genggam tanah hitam menjadi manusia, diperlukan milyaran perubahan dan pergantian pada diri manusia. Darimana diketahui bahwa di antara perubahan ini warna hitam yang dimilikinya adalah permanen dan tidak berubah? Sebagai hasilnya, tidak dapat disimpulkan dari ayat-ayat al-Qur’an bahwa warna kulit Nabi Adam As adalah hitam. Untuk mengidentifikasi warna kulitnya maka diperlukan penelitian oleh para ahli dan spesialis dalam pelbagai bidang keilmuan dan dijelaskan bahwa bagaimana ragam warna, hitam, putih, merah dan sebagainya yang dimiliki oleh Nabi Adam As itu dapat terwujud. [IQuest]
[1]. Tafsir Nemune, jil. 23, hal. 118.