Model Pendidikan dalam Al-Quran (1)

Pendidikan merupakan salah satu dari kebutuhan mendasar manusia yang selalu diperlukan di sepanjang hidupnya. Manusia adalah makhluk pemikir yang memiliki tujuan hidup. Lewat pendidikan yang tepat, manusia bisa meraih cita-cita luhur dan jalan kebahagiaannya. Tentu saja pendidikan yang dimaksud adalah upaya pengembangan dan aktualisasi potensi internal manusia untuk mencapai tujuan ideal. Dengan kata lain, selama potensi tersembunyi manusia tidak teraktualisasikan, maka ia tidak akan bisa mencapai kesempurnaan. Rasulullah saw dalam salah satu hadisnya menuturkan, "Masyarakat adalah khazanah seperti emas dan perak". Oleh karena itu, dengan landasan pendidikan semacam itu, maka noda-noda dalam diri manusia akan dibersihkan, dan potensi tersembunyi dalam dirinya akan berkembang.

Pendidikan merupakan sarana untuk memberikan petunjuk hidup dan membangun diri manusia. Lewat pendidikan inilah, manusia akan ditempa manjadi seorang pemikir. Dari sisi sosial, pendidikan merupakan faktor penting dalam hidup bermasyarakat. Imam Ghazali salah seorang pemikir besar muslim menilai pendidikan sebagai prinsip dasar pemasyarakatan manusia. Menyangkut hal ini, ia menyatakan, "Jika para ilmuan dan pendidik tidak ada, maka masyarakat akan hidup seperti hewan ternak. Dengan kata lain, pendidikan bisa mengangkat manusia dari peringkat hewani menuju peringkat insani."

Menurut Islam, arti pendidikan adalah memberikan petunjuk dan menyempurnakan manusia dari segala sisi. Mengenai pentingnya pendidikan menurut Islam ini, kita bisa merujuk pada Al-Quran, surat Al-Alaq ayat 3 hingga 5. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Berdasarkan Al-Quran, Tuhan adalah pendidik dan guru bagi seluruh mahkluk. Dialah yang mengatur dan mengelola alam semesta ini. Sebagai pihak yang menempati posisi pendidik, tentu ia akan mengupayakan anak-anak didiknya menuju kesempurnaannya yang pantas mereka raih dan mengembangkan kemampuan tersembunyi yang mereka miliki. Begitu pula dengan Tuhan yang maha mengatur dan bijaksana. Dia adalah pendidik yang selau menginginkan seluruh mahluk-mahluknya mencapai kesempurnaan.

Demikian juga dengan para nabi dan utusan ilahi. Mereka adalah guru besar umat manusia di sepanjang sejarah. Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 129 dan 151 meyatakan bahwa tujuan diutusnya para nabi adalah untuk mendidik dan menyempurnakan manusia. Dalam hal ini, penyucian dan pengembangan diri merupakan prinsip dakwah para nabi. Dalam surat Ali Imran, ayat 164, Allah swt berfirman, "Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata."

Adanya teladan dalam mendidik dan memandu umat manusia merupakan hal yang berperan penting. Karena manusia selalu dalam belajar dan tertarik untuk meniru atau belajar dari pihak lain. Seseorang akan selalu berusaha mengatur tindakan dan perilakunya sesuai dengan apa yang dilakukan oleh teladan pilihannya. Sebagai agama yang luhur, Islam senantiasa menginginkan para pemeluknya menjadi umat yang teladan dan menjadi contoh bagi yang lain. Atas dasar itulah, Al-Quran menyebutkan beragam ciri dan sifat-sifat manusia teladan yang bisa dijadikan sebagai contoh bagi manusia lainnya. Dalam surat Al-Hujarat Al-Quran menyatakan bahwa manusia terbaik di sisi Allah adalah mereka yang mencapai derajat ketakwaan dan menjauhkan dirinya dari perbuatan tercela.

Manusia-manusia teladan sebagai model akhlak yang mulia dalam masyarakat mempunyai peranan penting dalam membangun masyarakat. Biasanya, pada setiap zaman, utusan Allah merupakan teladan bagi manusia di masa itu. Terkadang, Al-Quran memperkenalkan dan membandingkan contoh teladan yang dicintai dan yang dibenci. Dengan cara itu, Al-Quran mengajak manusia untuk memilih salah satunya dengan penuh kesadaran. Wajah-wajah yang dicintai biasanya dinyatakan dengan istilah orang-orang yang bertobat, orang-orang yang bersih, orang-orang saleh, orang-orang yang sabar, orang-orang yang berbuat baik, dan orang-orang yang berjihad. Sementara mereka yang dibenci biasa disebut dengan panggilan orang-orang yang melampaui batas, orang-orang yang berlebih-lebihan, orang-orang yang sombong, orang-orang kafir, orang-orang zalim, dan orang-orang munafik. Tujuan Al-Quran memperkenalkan teladan yang mulia sejatinya agar setiap manusia mengetahui apa tugas hidupnya dan bagaimana ia harus melakukannya.

Al-Quranul Karim memperkenalkan Nabi Muhammad saw sebagai contoh dan teladan sempurna bagi manusia di seluruh sendi-sendi kehidupan. Sebagaimana yang dinyatakan Al-Quran dalam surat Al-Ahzab ayat 21, Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Rasulullah saw adalah teladan manusia yang paling utama di sepanjang sejarah. Sebelum mengajak manusia melalui dakwah lisan, beliau terlebih dahulu mengamalkan apa yang ia serukan kepada umatnya. beliau mengajak manusia menuju kebahagiaan lewat perilaku yang ia contohkan sendiri. Imam Ali as, salah seorang manusia agung hasil didikan Rasulullah saw menuturkan, "Setiap hari, Nabi memperlihatkan padaku salah satu kemuliaan akhlaknya dan mengajakku untuk menirukannya".

Rasulullah saw mempunyai perilaku dan akhlak yang amat terpuji serta menjadi rahmat dan berkah bagi semua mahkluk. Ia membawa ajaran akhlak yang mulia bagi seluruh manusia sebagaimana yang ia tuturkan sendiri bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. [Sumber: indonesian.irib.ir]