Nabi Musa as pada masa keghaibannya menunjuk Harun as sebagai penggantinya. Nabi Harun pun dengan segala upaya melaksanakan tugasnya, memimpin dan menunjuki kaum. Sekelompok umat yang menjadi pengikut Nabi Musa as tidak memiliki iman kuat dan kesabaran penuh dan selalu menyakiti Musa dan Harun as dengan berbagai macam alasan.
Ketika Nabi Musa as pergi ke miqat, kaum beriman yang berhati dua dan berakidah tidak stabil melihat Harus sendirian dan menemukan ruang untuk pembangkangan. Samuri menciptakan patung anak sapi dari perhiasan mereka yang mereka sembah. Namun mereka segera menyesal dan memahami bahwa mereka telah tergelincir. Oleh karena itu mereka menghadap ke haribaan Ilahi dan dengan khusyu berkata:
áóÆöäú áóãú íóÑúÍóãúäÇ ÑóÈøõäÇ æóíóÛúÝöÑú áóäÇ áóäóßõæäóäøó ãöäó ÇáúÎÇÓöÑíäó
“Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi”.[1]
[1] QS. Al-A’raf [7]: 149.