Nabi Sulaiman dan nabi Daud termasuk nabi-nabi Ilahi yang Allah swt sebutkan dengan baik di dalam al-Qur’an. Karena nabi Sulaiman as memiliki ketertarikan luar biasa kepada kuda, tentara beliau mengatur pertandingan balapan kuda untuk mempersiapkan diri berperang menghadapi musuh dan nabi Sulaiman as menyaksikan pertunjukan tersebut. Pertandingan berjalan lama sementara waktu utama shalat telah berlalu. Allah swt yang hendak menguji nabi Sulaiman as memaparkan sebuah jenazah di hadapan beliau as. Nabi Sulaiman as menghadapkan wajah ke hadirat Ilahi dan mengangkat tangan berdoa dan berkata:
ÑóÈøö ÇÛúÝöÑú áìþ æóåóÈú áìþ ãõáúßÇð áÇ íóäúÈóÛìþ áÃóÍóÏò ãöäú ÈóÚúÏìþ Åöäøóßó ÃóäúÊó ÇáæóåøóÇÈõ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.”[1]
Allah swt pun mewujudkan keinginan beliau dan menganugerahkan sebuah kerajaan tiada banding kepada beliau as. Setelah ribuan tahun berlalu kisah kerajaan nabi Sulaiman masih tetap dibicarakan dan kebesaran dan keagungannya selalu diingat.
Pada doa sebelumnya telah kita katakan bahwa Allah swt memberikan sebuah kerajaan tiada banding kepada nabi Sulaiman as. Meskipun mayoritas manusia ketika mencapai kekuasaan dan kekayaan melalaikan Allah swt Sang Pemberi nikmat, akan tetapi setiapkali nabi Sulaiman as melihat kenikmatan-kenikmatan material dan spiritual yang dianugerahkan oleh Allah swt kepada beliau as dan sebelumnya kepada ayahanda beliau, nabi Daud as, beliau berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).”[2]
Suatu hari nabi Sulaiman as bersama bala tentara melewati suatu wilayah dan beliau as mendengar bahwa pemimpin para semut berkata kepada semut-semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. Nabi Sulaiman as yang memahami bahasa seluruh makhluk hidup ketika mendengar ucapan ini tersenyum dengan tertawa dan mengangkat tangan berdoa seraya mengucapkan demikian:
ÑóÈøö ÃóæúÒöÚúäìþ Ãóäú ÃóÔúßõÑó äöÚúãóÊóßó ÇáøÊìþ ÃóäúÚóãúÊó Úóáóìø æóÚóáìþ æÇáöÏóìøó æóÃóäú ÇóÚúãóáó ÕÇáöÍÇð ÊóÑúÖíåõ æóÃóÏúÎöáúäìþ ÈöÑóÍúãóÊößó Ýìþ ÚöÈÇÏößó ÇáÕøóÇáöÍíäó
“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”[3]
Nabi Daud Dan Sulaiman Ber-“Hamd” Kepada Allah swt
Ber-“hamd” (memuji) dan bersyukur kepada yang membantu dan menolong adalah sebuah perbuatan yang terpuji dan harus. Dan siapakah yang seperti Allah swt memberikan anugerah, pemaafan dan kebaikan! Apa pun kenikmatan, kemampuan dan kesempurnaan yang kita miliki adalah dari Dia. Allah swt menganugerahkan berbagai kenikmatan kepada dua nabi-Nya, Daud dan Sualaiman as dan memberikan sebagian kenikmatan kepada keduanya yang tidak diberikan kepada yang lain. Allah swt memberikan ilmu tentang hukum dan pengadilan dan membuat tembaga menjadi lembut di tangan beliau as dan menganugerahkan kepada nabi Sulaiman as pengetahuan tentang bahasa burung dan binatang-binatang, penguasaan jin, pengendaraan udara dan kerajaan tiada banding. Namun kedua pemimpin kaum muwahhid memuji dan bersyukur kepada Allah swt dan mengucapkan:
ÇóáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÇáøóÐìþ ÝóÖøóáóäÇ Úóáìþ ßóËíÑò ãöäú ÚöÈÇÏöåö ÇáúãõÄúãöäíäó
“Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.”[4]
[1] QS. Shaad [38]: 35.
[2] QS. An-Naml [27]: 40.
[3] QS. An-Naml [27]: 19.
[4] QS. An-Naml [27]: 15.