Doa Nabi Ayyub as

Nabi Ayyub adalah salah seorang dari nabi-nabi Ilahi yang karena kesabarannya menjadi bahan pembicaraan semua orang. Allah swt telah menganugerahkan kepada nabi Ayyub berbagai kenikmatan dan beliau as pun melaksanakan ketaatan Ilahi dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Setan merasa hasud dengan penghambaan nabi Ayyub as dan mengatakan: Ya Allah, bila Ayyub mentaati seluruh perintah-Mu dikarenakan kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadanya, jika tidak maka ia tidak melakukan ketaatan.

Pada akhirnya situasi dan kondisi untuk menguji nabi Ayyub telah tiba dan beliau as mengalami ujian Ilahi.

Nabi Ayyub as mulai kehilangan harta benda, kekayaan dan anak-anak satu persatu. Pada seluruh tahapan ujian besar ini, kesabaran nabi Ayyub mengalahkan kejadian-kejadian dan bencana-bencana pahit yang menimpanaya dan ketika beliau as tidak memiliki apa pun lagi selain separuh dari jiwanya, beliau as berdoa dan berseru:

Ãóäøìþ ãóÓøóäöìó ÇáÖøõÑøõ æóÃóäúÊó ÃóÑúÍóãõ ÇáÑøóÇÍöãíäó

“(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.”[1]

Syaikh Thabarsi berkata: “Ucapan nabi Ayyub as ini adalah sebuah metafora lembut bagi para pencari hajat.”[2]

Pada ayat lain disebutkan bahwa nabi Ayyub as berkata demikian:

Ãóäøìþ ãóÓøóäöìó ÇáÔóíúØÇäõ ÈöäõÕúÈò æó ÚóÐÇÈò

“Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.”[3]

Singkatnya, doa nabi Ayyub as terkabulkan, beliau as berhasil keluar dengan sukses dari ujian ini dan bagi setan dan para pengikutnya menjadi jelas bahwa nabi Ayyub as dalam kesenangan dan kesedihan, kekayaan dan kefakiran, kesehatan dan sakit senantiasa menyambah dan mencintai Allah swt.

Terdengar seruan: “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”[4] Allah swt mengembalikan kesehatan kepada beliau as dan mengaruniakan anak-anak dan keluarga dua kali lipatnya.[5] Kekayaan dan harta benda yang telah hilang kembali lagi dan kehidupan beliau as lebih makmur dari sebelumnya.

Mengenai penafsiran “æó æóåóÈúäóÇ áóåõ Ãóåúáóåõ æó ãöËúáóåõã ãøóÚóåõãþ” (“Dan Kami anugerahi dia keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula”) ditanyakan kepada Imam Shadiq as, beliau as menjawab: “Disamping putera-putera yang meninggal dunia pada ujian besar ini, putera-putera yang meninggal dunia sebelumnya juga dihidupkan kembali.”[6]


[1] QS. Al-Anbiya’ [21]: 83.

[2] Majma’ul Bayan, jilid 7, hal. 59.

[3] QS. Shaad [38]: 41.

[4] QS. Shaad [38]: 42.

[5] Dan Kami anugerahi dia keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS. Shaad [38]: 43)

[6] Tafsir Ash-Shafi, jilid 3, hal. 351.